Kalau inget waktu sekolah di SMP dulu, rasanya sok-soan banget kalau aku nulis buku untuk diterbitkan. Rasanya gak pernah saat itu dapet nilai lebih dari 7. Nilai 7 itu sudah paling bagus. Masih inget saat dapat tugas untuk mencatat atau merangkum apa yang disampaikan dalam acara bimbingan Bahasa Indonesia yang ditayang kan TVRI saat itu. Tulisanku selalu jelek. Dan karena tulisan yang bentuknya “cakar ayam” tidak runtut. Celakanya saat diminta guru untuk membacakannya sendiri di depan kelas seringkali banyak tulisan yang tidak bisa ku baca. Padahal itu tulisan ku sendiri.
Anyway okelah tulisan ku dulu jekek dan gak bisa di baca. Apapun kata hati saat bertekad untuk membuat sebuah buku dan buku itu untuk diterbitkan, aku gak peduli. Aku bertekad dan mulai menulis dan menyusun buku yang ingin ku terbitkan. Dengan segenap kemampuan ditambah pengalaman yang ada. Tulisanpun dimulai. 1 Bab, 2 bab, 3 bab…. Sempet macet .. kehabisan ide, sempat juga merasa frustasi karena dead line dari penerbit hampir habis. Kira-kira 2 minggu lagi draft narkah harus sudah masuk.
Saya baca bolak-balik, rasanya jelek sekali tulisan itu. Beberapa kali pihak penerbit telpon menanyakan bagaimana kemajuan tulisanku. Mereka bilang.. coba saja kirimkan dulu tulisan yang sudah jadi. Dengan sedikit perasaan tidak “pede” aku kirimkan juga tulisan itu. Besoknya dipanggil untuk mengambil koreksi tulisan yang ku kirm. Masih dalam keadaan blank ide. Aku perbaiki dulu tulisan itu. Saat memperbaiki tulisan itu, beberapa ide mulai muncul kembali.
1 Minggu kemudian begadang kegilaan untuk segera menyelesaikan tulisan itu. Beberapa kali istriku bilang kamu kok sering ngigau gak karuan. Ku bilang, mungkin aku terlalu konsen dengan kerjaan hingga terbawa mimpi.
2 minggu lewat 3 hari kemudian tulisan rampung juga walaupun masih sangat acak-acakan. Saat itu sudah gak peduli lagi, tulisan itu mau diterbitkan atau tidak. Tulisan segera dikirim.
3Hari kemudian aku dipanggil untuk mengambil draft naskah yang sudah dikoreksi sana sini, dan minta untuk segera diperbaiki. Mereka bilang tulisanmu bagus dan layak untuk diterbitkan dengan pertimbangan, buku sejenis balum ada di pasaran. Sedikit harapan walaupun tidak sepenuhnya yakin aku coba perbaiki sedikit demi sedikit. Kira-kira 4 hari koreksi tulisanpun selesai. Dan segera diserahkan kembali ke penerbit.
1 minggu ku tunggu, 2 minggu… hingga 3 minggu, tulisanku belum juga terbit. Dengan perasaan sedikut putus asa, yaaa. Sudahlah kalaupun memang tidak terbit, paling tidak aku sudah memenuhi keinginan atau mungkin yang pass adalah memenuhi tugas.
Tepat sebulan aku di telpon.. kalau bukunya sudah dicetak, tapi belum di louncing ke toko buku. Aku diminta ke kantornya untuk mengambil 10 ex bonus untuk penulis.
Aku tidak bisa menggambarkan bagaimana perasaanku saat itu. Girang bercampur haru, dan sedikit malu atau lebih tepatnya merasa sedikit beban moral. Bagaimanapun buku itu akan dibaca banyak orang, mulai dari orang yang betul-betul awam hingga expert dibidang itu. Apalah mau dikata buku sudah terbit dan dalam waktu dekat akan segera di pajang di rak-rak toko buku.
Kini buku itu mungkin hampir kadalauarsa karena sudah terbit beberapa buku sejenis yang isinya mungkin lebih baik dari yang pernah aku tulis. Walau demikian rasanya kenangan saat menulis buku itu tidak akan pernah kadaluarsa.
Thursday, October 10, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment